::selection {background:#F70000; color:#48FB0D;}
----------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------
Thursday, September 17, 2015

Fanatisme Mazhab; Biang Kerok Perpecahan Umat


Dalam Islam terdapat berbagai aliran mazhab. Setiap mazhab memiliki metodologi ijtihad dan hasil ijtihad masing-masing. Pengikut dalam mazhab tersebut ada yang toleran terhadap mazhab lain, ada juga yang sangat fanatik. Untuk yang kedua ini biasanya menjadikan mazhabnya sebagai satu-satunya rujukan dalam berbagai hal. Ia tidak mau menoleh terhadap mazhab lainnya.

Menurut Muhammad al-Ghazali, fanatisme mazhab banyak mengandung nilai negatif. Pengikut mazhab yang hanya berkutat pada mazhabnya sendiri bisa jadi dalam suatu permasalahan tertentu akan merasa berat, membingungkan, dan bahkan dapat menimbulkan mudarat. Jika umat ini selalu tidak bersatu , maka “orang lain” akan memandang bahwa umat Islam adalah umat yang selalu terpecah belah. Dengan demikian, banyak orang di luar Islam menjadi tertarik dengan Islam.

Suatu kali, Muhammad al-Ghazali mendengar salah seorang santri bertanya kepada Kiai penganut fanatik mazhab Syafi’i tentang makanan yang terkena tetesan anggur. Kiai itu menjawab bahwa makanan tersebut harus dibuang karena sudah tercampur dengan barang haram. Muhammad al-Ghazali juga pernah mendengar salah seorang santri bertanya kepada Kiai penganut fanatik mazhab Hambali tentang boleh tidaknya perkawinan yang berbeda mazhab. Kiai tersebut menjawab bahwa hukum perkawinan tersebut tidak boleh karena antara keduanya terdapat perbedaan cara ibadah dan cara berpikir. Perkawinan beda mazhab menurutnya hanya akan menimbulkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

Mendengar berbagai pandangan di atas, Muhammad al-Ghazali merasa terkejut dan heran. Jika demikian, betapa sulit dan kakunya agama Islam ini. Padahal Rasul sendiri tidak mempersulit umatnya dalam melakukan ibadah. Kasus di atas hanya sekadar contoh sederhana yang terjadi dalam masyarakat Islam. Muhammad al-Ghazali masih sering melihat persoalan lain yang menjadi penyakit umat karena fanatisme mazhab yang berlebihan.

Menurutnya, ada dua hal penting yang menyebabkan timbulnya fanatisme mazhab. Pertama, lemahnya ilmu dan kurangnya wawasan keislaman. Kedua, akibat kebodohan tersebut, timbul sifat lain yaitu buruk sangka dan penyakit hati lainnya. Muhammad al-Ghazali pernah melihat kasus lain. Di salah satu masjid di Kairo, ada seorang laki-laki yang terlambat shalat jamaah. Laki-laki tersebut tidak memakai peci. Salah seorang dari jamaah shalat memukul kepala laki-laki tadi sambil mengatakan bahwa kepala adalah aurat dalam shalat. Sikap seperti ini muncul karena kedangkalan ilmu seorang. Ia melihat orang lain sesuai dengan keyakinannya. Maka ia akan selalu memandang salah terhadap perilaku orang lain yang berbeda dengannya. Dalam hatinya sudah tertanam penyakit hati yang jika dibiarkan dapat merusak tatanan sosial dan menimbulkan keretakan dalam masyarakat Islam.


Semoga manfaat ^_^


Unknown
Monday, September 14, 2015

BAHAYANYA BICARA AGAMA TANPA ILMU



Jangan merasa sok faham menerangkan Bab Allah jika tidak memiliki ilmu yang memadai

Memahami ilmu agama merupakan kewajiban atas setiap muslim dan muslimah. 

Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
"Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim." (HR. Ibnu Majah no:224 )

Dan agama adalah apa yang telah difirmankan oleh Allah di dlm kitabNya, Al-Qur’anul Karim,dan disabdakan oleh RasulNya di dalam Sunnahnya.

Oleh karena itulah termasuk kesalahan yang sangat berbahaya adalah berbicara masalah agama tanpa ilmu dari Allah dan RasulNya.

Sebagai nasehat sesama umat Islam, di sini kami sampaikan di antara bahaya berbicara masalah agama tanpa ilmu:

Hal itu merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah

Allah SWT bersabda:

Katakanlah “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yg keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah utk itu (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yg tdk kamu ketahui (berbicara tentang Allah tanpa ilmu)” (QS Al-A’raf 33)

Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah berkata:
“Berbicara tentang Allah tanpa ilmu tmsk perkara trbesar yg diharamkan Allah
bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan syirik !!!

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk dusta atas (nama) Allah.

Allah Ta'ala berfirman 
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yg disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini haram" utk mengada2kan kebohongan thdp Allah.Sesungguhnya orang yg mengada2kan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung". (QS. An-Nahl 116)

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan kesesatan dan menyesatkan orang lain.

Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah tdk akan mencabut ilmu dr hamba2Nya sekaligus, ttp Dia akan mencabut ilmu dg mematikan para ulama
Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang ‘alim-pun, orang-orang-pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh.

Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mrk berfatwa tanpa ilmu,shgg mrk jd sesat dan menyesatkan orang lain.(HSR. Bukhari no:100, Muslim)

Hadits menunjukkan“Barangsiapa tdk berilmu dan menjawab pertanyaan yg diajukan kepadanya dg tnpa ilmu, dan mengqias (membandingkan) dg akalnya
sehingga mengharamkan apa yang Allah halalkan dengan kebodohan, dan menghalalkan apa yang Allah haramkan dengan tanpa dia ketahui,
mk inilah orang yg mengqias dg akalnya,shg dia sesat dan menyesatkan.(Shahih Jami’il Ilmi Wa Fadhlihi,hal: 415, Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr)

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mengikuti hawa-nafsu.

Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullah berkata:
“Barangsiapa berbicara tnpa ilmu,mk sesungguhnya dia hanyalah ikuti hawa-nafsunya.

Dan siapakah yg lbh sesat dari pada orang yg mengikuti hawa nafsunya dg tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun (Al-Qashshash:50)”

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mendahului Allah dan RasulNya.

Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kpd Allah. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.Al-Hujuraat 1)

Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu menanggung dosa-dosa orang-orang yang dia sesatkan.

Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu adalah orang sesat dan mengajak kepada kesesatan,

oleh karena itu dia menanggung dosa-dosa orang-orang yang telah dia sesatkan. 

Rasulullah sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HSR. Muslim no:2674, dari Abu Hurairah)

Berbicara tentang Allah tanpa ilmu akan dimintai tanggung-jawaban

Allah Ta'ala berfirman : 
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya". (QS. Al-Isra’ 36).


Semoga Manfaat ^_^

Unknown

ANTARA GAJI DAN RIZQI



Dimana-mana itu yang ada slip gaji nggak ada slip rizqi

Kalau Gaji itu bulanan, kalau Rizqi itu dadakan

Kalau gaji itu belum tentu berkah, kalau rizqi insya Allah berkah

Kalau gaji itu di jemput dengan kerja saja, kalau rizqi diraih dengan bergiat dan taqwa

Kalau gaji itu hanya duit di dompet dan rekening, kalau rizqi itu tak terbatas nominal dan maknanya

Belum tentu yang gajinya besar rizqinya gede

Lihat aja ada yang gajinya besar, tapi anak anaknya terlibat narkotik, istrinya selingkuh, handphonenya sering hilang, mobilnya rusak dll

Tetapi ada yg gajinya kecil, justru rizqinya melampaui gajinya, gajinya pas pasan, tetapi anak anaknya hafal al Quran, rumahnya kecil tetapi keluarganya sakinah dan kenikmatan lainnya

Dan inilah makna rizqi menurut para ulama, “Segala sesuatu yg bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, entah berupa pakaian, makanan,

...sampai pada istri Itu semua termasuk rezeki. Begitu pula anak laki-laki atau anak peremupuan termasuk rezeki....

Termasuk pula dalam hal ini adalah kesehatan, pendengaran dan penglihatan.”


Semoga Manfaat ^_^

Unknown

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.