::selection {background:#F70000; color:#48FB0D;}
----------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------
Friday, November 22, 2013

TIGA POHON BESAR

        Di sebuah bukit di Inggris tumbuh tiga pohon besar. Pohon-pohon itu telah berumur ratusan tahun. Tak seorang pun tahu secara pasti berapa umur pohon-pohon itu.
Petani pemilik bukit itu menganggap ketiga pohon tersebut ada dalam penjagaannya sepanjang hidupnya. Ia tidak pernah merasa menjadi penguasa lingkungan. Ia hanya merasa harus selalu menjaga kelestarian lingkungannya.
“Lingkungan ini adalah tanggung jawabku,” katanya.
“Selama hidupku aku akan menjaganya sekuat tenaga. Seperti yang dilakukan sebelumbya oleh ayahku dan seperti yang dilakukan sebelumnya lagi oleh kakekku. Dan setelah aku mati, anak-anakku akan merawat lingkungan ini.”

        Keluarga itu mempunyai kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun. Setiap tahun pada malam pertengahan musim panas, kepala keluarga mendaki bukit sambil membawa segenggam bunga mawar yang diambil dari kebun. Ia menanam beberapa bunga di bawah ketiga pohon besar. Petani itu melakukannya setiap tahun. Demikian pula oleh ayahnya dan kakeknya. Hal itu telah menjadi tradisi keluarga.
Menjelang ajalnya, petani itu berkata kepada anak-anaknya.
“Jangan lupa menjaga lingkungan kita dengan baik. Sekarang kalianla yang wajib menjaganya seperti yang telah kulakukan sepanjang hidupku. Dan jangan lupa untuk menanam segenggam bunga mawar di bawah Tiga Pohon Besar pada malam pertengahan musim panas.”

        Ketika petani itu meninggal, anak sulung mewarisi sebagian besar tanahnya. Ia mendapatkan lading pertanian yang luas dan bukit dengan Tiga Pohon Besar. Anak kedua mendapatkan sebidang tanah yang lebih sempit. Sementara anak bungsu hanya menerima sebidang tanah sempit yang berbatu-batu dibelakang bukit.

Segera setelah si sulung mewarisi tanah itu, ia mulai membual.
“Aku MEMILIKI semua tanah ini! Lihatlah apa yang KUMILIKI. Aku bisa melakukan apa saja terhadap milikku.”
Ia tidak pernah sedikitpun berpikir untuk melestarikan lingkungannya.
Dan pada malam pertengahan musim panas sisulung tidak pergi ke bukit untuk menanam bunga mawar dibawah Tiga Pohon Besar.
“Itu kepercayaan kuno, kebiasaan kuno itu harus dikubur bersama ayahku.”

        Namun sibungsu tetap mengingatnya. Ia membawa tiga karangan bunga mawar dan mendaki bukit, ia menanamnya dibawah Tiga Pohon Besar. Kemudian ia duduk sebentar dibawah rindangnya Tiga Pohon Besar. Ia merasa sangat nyaman duduk dibawah poon-pohon yang telah sangat tua itu. 
           Ketika ia menuruni bukit, si sulung sudah menunggunya.
“Apa yang kau lakukan diatas bukit milikku?”
“Aku menanam bunga mawar untuk ketiga pohon besar, seperti yang diperintahkan oleh ayah kita.”
“Baiklah, tapi pohon-pohon besar itu MILIKKU. Aku tidak suka kamu menginjakkan kaki diatas tanah milikku!”
“Tapi aku sangat senang duduk dibawah rindangnya ketiga pohon besar itu.”
“Kamu tidak akan duduk disana lagi. Karena dua hari lagi tidak aka nada tiga pohon disana. Hanya akan ada dua pohon. Karena aku akan menebang salah satunya untuk membuat kandang.”
Dan hari berikutnya …
Tepat pada pertengahan musim panas. Si sulung mendaki bukit sambil membawa kapak.
Dan ia menebang
Terus menebang
Dan terus menebang
Pokok pohon itu.

Dan ia menebang
Terus menebang
Dan terus menebang
Pokok pohon itu.

Dan ia menebang
Terus menebang
Dan terus menebang
Menebang pokok pohon itu.

         Dan menjelang senja pohon itu mulai tumbang. Tapi saat pohon itu tumbang ke tanah, pohon itu menjerit. Dan bertiuplah angin entah berasal dari mana memutari pohon itu disekitar akar. Dan tumbanglah pohon itu … menimpa si sulung. Dan si sulung mati seketika.
Segera para pembantu datang dan membawa pergi mayat si sulung. Lalu mereka menggergaji pohon itu untuk dijadikan papan dan membawa pergi potongan-potongan pohon itu.

       Tak lama kemudian, anak kedua mewarisi tanah si sulung. Semua tanah sisulung menjadi miliknya. Demikian pula dengan dua pohon besar yang masih tersisa. Namun seperti halnya kakaknya, ia pun mulai membual …
“Semua ini MILIKKU! Semua kekayaan ini … sekarang jadi MILIKKU! Aku bisa melakukan apa saja terhadap MILIKKU.”
Ia tidak pernah sedikitpun berpikir untuk menjaga lingkungannya.

        Pada tahun berikutnya, tepat pada malam pertengahan musim panas, si bungsu membawa bunga mawar lagi dan mendaki bukit menuju Dua Pohon Besar. Ia menanam bunga-bunga itu dibawah dua poon besar, dan duduk sebentar dibawah rindangnya kedua pohon besar, menikmati kehadiran pohon-pohon yang sangat tua itu.

Namun, ketika menuruni bukit, kakaknya telah menunggunya.
“Apa yang kau lakukan di atas bukit MILIKKU?”
“Aku membawa bunga mawar untuk Dua Pohon Besar, seperti yang dilakukan oleh ayah kita, kakek kita, dan kakek buyut kita.”
“Baiklah, tapi nsekarang kedua pohon besar itu MILIKKU. Jadi, jauhilah segala MILIKKU.”
“Tapi aku sangat senang duduk dibawah rindangnya dua pohon tua itu.”
“Dua hari lagi tidak akan ada  dua pohon besar disana. Aku akan menebang salah satunya untuk kujadikan pagar.”

Dan hari berikutnya …
Tepat pada pertengahan musim panas. Anak kedua mendaki bukit sambil membawa kapaknya.
Dan ia menebang
Terus menebang
Dan terus menebang
Pokok pohon itu.

Dan ia menebang
Terus menebang
Dan terus menebang
Pokok pohon itu.

Dan ia menebang
Terus menebang
Dan terus menebang
Menebang pokok pohon itu.

        Dan menjelang senja pohon itu mulai tumbang. Tapi saat pohon itu tumbang ke tanah, pohon itu menjerit. Dan bertiuplah angin entah berasal dari mana memutari pohon itu disekitar akar. Dan tumbanglah pohon itu … menimpa kakak kadua. Dan kakak kedua mati seketika.

       Segera para pembantu datang dan membawa pergi mayat si sulung. Lalu mereka menggergaji pohon itu untuk dijadikan pagar dan membawa pergi potongan-potongan pohon itu.

Sekarang sibungsu mewarisi semua tanah. Ia memandang tanah disekelilingnya dan berkata,
“Mulai sekarang aku akan menjagamu, seperti yang telah dilakukan oleh ayahku dan juga yang telah dilakukan oleh kakeku dan kelak anak-anakku … juga akan ikut menjagamu.”
Dan begitulah yang ia lakukan. Ia mengolah tanahnya dengan baik dan suburlah tanah itu. Dan pada setiap petang, ia mendaki bukit dan duduk sebentar dibawah rindangnya Pohon Besar satu-satunya.
Ketika ia mati, anak-anaknya meneruskan tugasnya. Demikian pula dengan cucu-cucunya. Kini Pohon Besar itu masih tegak berdiri di tempatnya, sendirian di suatu puncak bukit di Inggris.

         Tapi aku khawatir jika suatu hari nanti datang seorang anak muda kebukit itu. Ia membawa kapak dan mendaki hingga kepuncak bukit lalu ia berkata,
“Semua ini adalah MILIKKU. Aku MEMILIKINYA. Aku dapat melakukan apapun yang kusuka terhadap MILIKKU.”
Lalu ia mulai menebang …
Terus menebang …
Dan terus menebang …
Pokok satu-satunya Pohon Besar yang masih tersisa.

-Cerita rakyat dari Derbyshire, Inggris-

Unknown
Saturday, August 10, 2013

Makna Minal Aidin wal Faidzin

Rasulullah biasa mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum kepada para sahabat, yang artinya semoga Allah menerima aku dan kalian. Maksudnya menerima di sini adalah menerima segala amal dan ibadah kita di bulan Ramadhan. Beberapa sahabat menambahkan ucapan shiyamana wa shiyamakum, yang artinya puasaku dan puasa kalian. Jadi ucapan ini bukan dari Rasulullah, melainkan dari para sahabat. Kemudian, untuk ucapan minal 'aidin wal faizin itu sendiri tidak pernah dicontohkan, sepertinya itu budaya orang Indonesia. Yang sering salah kaprah adalah ucapan tersebut biasanya diikuti dengan "mohon maaf lahir dan batin". Jadi seolah-olah minal 'aidin wal faizin itu artinya mohon maaf lahir dan batin. Padahal arti sesungguhnya bukan itu. Minal 'aidin artinya dari golongan yang kembali. Dan wal faizin artinya dari golongan yang menang. Jadi makna ucapan itu adalah semoga kita termasuk golongan yang kembali (maksudnya kembali pada fitrah) dan semoga kita termasuk golongan yang meraih kemenangan. Manakah diantara kalimat-kalimat di bawah ini yang benar?
A.Minal 'aidin wal faizin, mohon maaf lahir-bathin
B.Mohon maaf lahir-bathin, minal 'aidin wal faizin
C.Semoga kita dimaafkan minal 'aidin wal faizin
D.Semoga kita minal 'aidin wal faizin
E.Semua benar

Kalau kita tadi menyoal tentang asal kata Ied (masdar atau kata dasar dari 'aada=kembali) , sekarang kita mencoba untuk membongkar asal kata 'Aidin dan Faizin. Darimana sih mereka? 'Aidin itu isim fa'il (pelaku) dari 'aada. Kalau anda memukul (kata kerja), pasti ada proses "pemukulan" (masdar), juga ada "yang memukul" (anda pelakunya). Kalau kamu "pulang" (kata kerja), berarti kamu "yang pulang" (pelaku). Pelaku dari kata kerja inilah yang dalam bahasa Arab disebut dengan isim fa'il. Kalau si Aidin, darimana? 'Aidin atau 'Aidun itu bentuk jamak (plural) dari 'aid, yang artinya "yang kembali" (isim fa'il. Baca lagi teori di atas). Mungkin maksudnya adalah "kembali kepada fitrah" ("kembali berbuka", pen) setelah berjuang dan mujahadah selama sebulan penuh menjalankan puasa. 
'aada = ia telah kembali (fi'il madhi). 
Ya'uudu = ia tengah kembali (fi'il mudhori)
'audat = kembali (kata dasar)
'ud = kembali kau! (fi'il amr/kata perintah)
'aid = ia yang kembali (isim fa'il).
Kalau si Faizin?
Si Faizin juga sama. Dia isim fa'il dari faaza (past tense) yang artinya "sang pemenang". Urutannya seperti ini:
Faaza = ia [telah] menang (past tense)
Yafuuzu = ia [sedang] menang (present tense)
Fauzan = menang (kata dasar).
Fuz = menanglah (fi'il amr/kata perintah)
Fa'iz = yang menang.
'Aid (yang kembali) dan Fa'iz (yang menang) bisa dijamakkan menjadi 'Aidun dan Fa'izun. Karena didahului "Min" huruf jar, maka Aidun dan Faizun menyelaraskan diri menjadi "Aidin" dan "Faizin". Sehingga lengkapnya "Min Al 'Aidin wa Al Faizin". Biar lebih mudah membacanya, kita biasa menulis dengan "Minal Aidin wal Faizin".

Lalu mengapa harus diawali dengan "min"?
"Min" artinya "dari". Sebagaimana kita ketahui, kata "min" (dari) biasa digunakan untuk menunjukkan kata keterangan waktu dan tempat. Misalnya 'dari' zuhur hingga ashar. Atau 'dari' Cengkareng sampe Cimone.
Selain berarti "dari", Min juga mengandung arti lain. Syekh Ibnu Malik dari Spanyol, dalam syairnya menjelaskan:
Ba'id wa bayyin wabtadi fil amkinah
Bi MIN wa qad ta'ti li bad'il azminah
Maknailah dengan "sebagian", kata penjelas dan permulaan tempat--Dengan MIN. Kadang ia untuk menunjukkan permulaan waktu.
Dari keterangan Ibnu Malik ini, kita bisa mendapatkan gambaran bahwa MIN pada MIN-al aidin wal faizin tadi menunjukkan kata "sebagian" (lit-tab'idh ) . Jadi secara harfiyah, minal 'aidin wal-faizin artinya:
BAGIAN DARI ORANG-ORANG YANG KEMBALI DAN ORANG-ORANG YANG
MENANG.
Kesimpulannya?
Yang jelas Minal Aidin tidak ada hubungannya dengan Mohon maaf lahir dan bathin.

Sumber : http://anekainfoislam.blogspot.com
Unknown
Wednesday, August 7, 2013

Sebelum Anda Menyesal

Kadang kala orang menghadapi penderitaan fisik dan rohani serta berbagai kesulitan di dunia. Perasaan-perasaan (penderitaan) ini begitu kuat sehingga tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit fisik manapun. Perasaan yang menyebabkan tekanan besar dalam jiwa manusia yang dimaksud disini adalah sebuah perasaan yang disebut dengan 'penyesalan'.
Ada dua bentuk penyesalan yang sangat berbeda satu sama lain. Yaitu,  penyesalan yang dirasakan oleh orang beriman dan penyesalan yang dialami orang yang tidak beriman (kafir).
Orang-orang yang beriman  adalah orang-orang  yang memiliki  kepercayaan sepenuhnya bahwa setiap peristiwa yang terjadi merupakan Kehendak Allah, dan apa pun yang menimpa mereka juga atas Kehendak Allah. Hal ini menjelaskan betapa mereka memiliki kepercayaan penuh dan tidak berputus asa pada Tuhan serta melaksanakan ibadah untuk memperoleh ketenangan, pada waktu-waktu yang utama, baik ketika berada dalam masalah atau ketika mereka melakukan kesalahan. Ketika melakukan kesalahan, orang beriman segera bertobat dengan tulus dan berharap ampunan dari Allah. Oleh karena itu, ia tidak mengalami penderitaan batin yang amat sulit dan penyesalan hidup yang berkepanjangan. Penyesalan yang dirasakan oleh orang beriman mendesak mereka untuk bertobat, untuk menyucikan diri dan mencegah mereka untuk mengulangi kesalahan ini. Hal ini membantu mereka memperbaiki kesalahan mereka dan mencegah mereka terjun ke dalam suasana hati yang amat sulit dan pesimis. Selain itu, penyesalan ini tidak mengurangi antusiasme mereka, pengabdian, atau semangat keagamaan, dan juga tidak menyeret mereka pada sebuah lingkaran ketakutan dan depresi.
Di sisi lain, penyesalan yang dirasakan oleh orang-orang kafir sangat menyedihkan dan konstan, karena mereka tidak bertawakal kepada Allah ketika mereka menghadapi kesulitan atau melakukan hal yang dilarang oleh Allah. Sepanjang hidup mereka, mereka sering mengungkapkan "Saya berharap saya tidak melakukan ini ..." "Saya berharap saya tidak pernah mengatakan ini ...", dan sebagainya.
Lebih pentingnya lagi, orang-orang kafir akan terjebak pada sebuah penyesalan yang jauh lebih besar di akhirat. Mereka yang memisahkan urusan agama dengan urusan dunia (sekuler), akan menyesal setiap saat dalam kehidupan mereka. Mereka telah diberi peringatan sebelumnya dan ditunjukkan jalan yang lurus. Mereka memiliki cukup waktu untuk merenungkan dan memikirkan mana yang benar. Namun mereka tidak mendengarkan ketika mereka diperingatkan, mengabaikan akhirat seolah-olah mereka tidak akan pernah mati. Kemudian di akhirat, mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali ke dunia ini dan memperbaiki kesalahan mereka. Dalam Al-Qur'an, ungkapan penyesalan mereka tertulis sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah."
(QS. An-Naba', (78):40)
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan).
(QS. Al-An'am, (6):27)

Mereka akan berkata:
Dan mereka akan berkata: “Kalau saja kami benar-benar mendengarkan atau menggunakan akal kami (memikirkan peringatan itu), maka tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang apinya menyala-nyala.”
(QS. Al-Mulk, (67):10)
Perlu diingat bahwa pada hari itu tidak seorang pun yang menyesal akan diselamatkan dari murka Allah. Satu-satunya cara untuk menghindari penyesalan ini adalah dengan tunduk kepada Allah selagi masih ada waktu dan mematuhi segala perintah Allah.
Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).
(QS. Asy-Syuura, (42):47)
By : Harun Yahya
Unknown
Saturday, August 3, 2013

Kawanku Cacat...


“Huuu….uuura!”
Teriakan gembira dari seorang Ibu yang menerima telegram dari anaknya yang telah bertahun-tahun menghilang. Apalagi ia adalah anak satu-satunya. Maklumlah anak tersebut pergi ditugaskan perang ke Vietnam pada 4 tahun yang lampau dan sejak 3 tahun yang terakhir, orang tuanya tidak pernah menerima kabar lagi dari putera tunggalnya tersebut. Sehingga diduga bahwa anaknya gugur dimedan perang. Anda bisa membayangkan betapa bahagianya perasaan Ibu tersebut. Dalam telegram tersebut tercantum bahwa anaknya akan pulang besok.
Esok harinya telah disiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan putera tunggal kesayangannya, bahkan pada malam harinya akan diadakan pesta khusus untuk dia, dimana seluruh anggota keluarga maupun rekan-rekan bisnis dari suaminya diundang semua. Maklumlah suaminya adalah Direktur Bank Besar yang terkenal diseluruh ibukota.
Siang harinya si Ibu menerima telepon dari anaknya yang sudah berada di airport.
Si Anak: “Bu bolehkah saya membawa kawan baik saya?”
Ibu: “Oh sudah tentu, rumah kita cukup besar dan kamarpun cukup banyak, bawa saja, jangan segan-segan bawalah!”
Si Anak: “Tetapi kawan saya adalah seorang cacad, karena korban perang di Vietnam?”
Ibu: “……oooh tidak jadi masalah, bolehkah saya tahu, bagian mana yang cacat?” – nada suaranya sudah agak menurun
Si Anak: “Ia kehilangan tangan kanan dan kedua kakinya!”
Si Ibu dengan nada agak terpaksa, karena si Ibu tidak mau mengecewakan anaknya: “Asal hanya untuk beberapa hari saja, saya kira tidak jadi masalah?”
Si Anak: “…tetapi masih ada satu hal lagi yang harus saya ceritakan sama Ibu, kawan saya itu wajahnya juga turut rusak begitu juga kulitnya, karena sebagian besar hangus terbakar, maklumlah pada saat ia mau menolong kawannya ia menginjak ranjau, sehingga bukan tangan dan kakinya saja yang hancur melainkan seluruh wajah dan tubuhnya turut terbakar!”
Si Ibu dengan nada kecewa dan kesal: “Na…ak lain kali saja kawanmu itu diundang kerumah kita, untuk sementara suruh saja ia tinggal di hotel, kalau perlu biar saya yang bayar nanti biaya penginapannya!”
Si Anak: “…tetapi ia adalah kawan baik saya Bu, saya tidak ingin pisah dari dia!”
Si Ibu: “Cobalah renungkan olehmu nak, ayah kamu adalah seorang konglomerat yang ternama dan kita sering kedatangan tamu para pejabat tinggi maupun orang-orang penting yang berkunjung kerumah kita, apalagi nanti malam kita akan mengadakan perjamuan malam bahkan akan dihadiri oleh seorang menteri, apa kata mereka apabila mereka nanti melihat tubuh yang cacad dan wajah yang rusak. Bagaimana pandangan umum dan bagaimana lingkungan bisa menerima kita nanti? Apakah tidak akan menurunkan martabat kita bahkan jangan-jangan nanti bisa merusak citra binis usaha dari ayahmu nanti.”
Tanpa ada jawaban lebih lanjut dari anaknya telepon diputuskan dan ditutup.
* * *
Orang tua dari kedua anak tersebut maupun para tamu menunggu hingga jauh malam ternyata anak tersebut tidak pulang, ibunya mengira anaknya marah, karena tersinggung, disebabkan temannya tidak boleh datang berkunjung kerumah mereka.
Jam tiga subuh pagi, mereka mendapat telepon dari rumah sakit, agar mereka segera datang kesana, karena harus mengidetifitaskan mayat dari orang yang bunuh diri. Mayat dari seorang pemuda bekas tentara Vietnam, yang telah kehilangan tangan dan kedua kakinya dan wajahnyapun telah rusak karena kebakar. Tadinya mereka mengira bahwa itu adalah tubuh dari teman anaknya, tetapi kenyataannya pemuda tersebut adalah anaknya sendiri! Untuk membela nama dan status akhirnya mereka kehilangan putera tunggalnya!
Kita akan menilai bahwa orang tua dari anak tersebut kejam dan hanya mementingkan nama dan status mereka saja, tetapi bagaimana dengan diri kita sendiri? Apakah kita lain dari mereka?
Apakah Anda masih tetap mau berkawan
……. dengan orang cacad?
……..yang bukan karena cacad tubuh saja?
……. tetapi cacad mental atau
……..cacad status atau cacad nama atau
……..cacad latar belakang kehidupannya?
Apakah Anda masih tetap mau berkawan dengan orang
…….yang jatuh miskin?
…… yang kena penyakit AIDS?
…….yang bekas pelacur?
…….yang tidak punya rumah lagi?
…….yang pemabuk?
…….yang pencandu?
…….yang berlainan agama?
Renungkanlah jawabannya hanya Anda dan Sang Pencipta saja yang mengetahunya?!
Dan yang paling penting adalah “SIKAP” Kita dalam memandang suatu hal  harus kita ubah menjadi yang lebih baik atau lebih positif.
Karena dengan sikap positif secara otomatis akan menumbuhkan sikap rendah hati, peduli terhadap orang lain dan tentunya hal-hal lain yang lebih baik.

Sumber : emotivasi.com
Unknown
Thursday, August 1, 2013

Ketika Tuhan Menciptakan Wanita

Mengapa Tuhan begitu sempurna menciptakan seorang wanita? Betapa berharga dan kuat seorang wanita. 

Ketika Tuhan menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya, “Mengapa begitu lama menciptakan wanita, Tuhan?”



Tuhan menjawab,
“Sudahkah engkau melihat setiap detail yang saya ciptakan untuk wanita? Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan, dan semua itu hanya dengan dua tangan.”

Malaikat menjawab dan takjub, ” Hanya dengan dua tangan? tidak mungkin!”
Tuhan menjawab,
“Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa bekerja 18 jam sehari.”
Malaikat mendekat dan mengamati wanita tersebut dan bertanya, “Tuhan, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?
Tuhan menjawab,
“Itu tidak seperti yang kau bayangkan, itu adalah air mata.”
“Untuk apa?” tanya malaikat.
Tuhan melanjutkan,
Air mata adalah salah satu cara dia mengekspresikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan, serta wanita ini mempunyai kekuatan mempesona laki-laki, ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki wanita. Ia dapat mengatasi beban lebih dari laki-laki, dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri, dia mampu tersenyum saat hatinya menjerit, mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan. Dia berkorban demi orang yang dicintainya, dia mampu berdiri melawan ketidakadilan, dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang, dia girang dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia, dia begitu bahagia mendengar suara kelahiran. Dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan dan kematian, tapi dia mampu mengatasinya. dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.”
Hanya ada satu yang kurang dari wanita,
“dia sering lupa betapa berharganya dia diciptakan ..”
Sumber: blogdetik.com
Unknown
Tuesday, July 30, 2013

PESAN - PESAN



Saudaraku sesama muslim…
Hidup ini hanyalah sebuah perjalanan, yang pada akhirnya sampai pada tujuan. Ibarat air yang mengalir, ia akan sampai pada muaranya. Ibarat matahari yang terbit di ufuk timur, ia akan tenggelam di ufuk barat. Begitulah, tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mati, sekalipun ia berada didalam lubang semut yang kecil. Beruntunglah siapapun yang selalu ingat akan dekatnya ajal kematian, apalagi membuatnya ingat akan noda dan nista dirinya. Karena itu, rasanya tidak ada yang bisa kita banggakan didunia ini. Keangkuhan hanyalah bukti dari kebinasaan.
Unknown
Thursday, June 27, 2013

Mencari sahabat sejati untuk meraih cinta-Nya

      
Dahulu, di tanah Kurdistan, ada seorang raja yang adil dan sholeh. Ia memiliki seorang anaka yang cerdas, tampan, dan pemberani. Saat2 yang menyenangkan bagi sang raja adalah ketika ia mengajari anaknya membaca Al Qur’an, lalu menceritakan kisah2 kepahlawanan para panglima dan tentaranya di medan pertempuran.
Anak raja itu bernama Said. Said sangat gembira mendengar penuturan kisah ayahnya. Said akan merasa jengkel apabila ditengah2 mndengarkan ayahnya bercerita, tiba2 ada orang yang memutuskannya. Terkadang, ketika asyik mendengarkan cerita ayahnya, tiba2 pengawal masuk untuk memberitahukan jika ada tamu penting yang harus ditemui. Sang raja tahu apa yang dirasakan anaknya. Maka, ia memberi nasehat kepada anaknya,
Unknown
Sunday, June 23, 2013

Munajat Hati

Ya Allah,
 rentetan karunia-Mu telah melengahkan aku untuk benar-benar bersyukur kepada-Mu.
 Limpahan anugerah-Mu telah melemahkan aku untuk menghitung pujian atas-Mu. Rangkaian bantuanMu telah melalaikan aku untuk memperbanyak pujaan kepadaMu. Padahal, Engkau Maha Kasih dan Maha Penyayang, Maha Baik dan Maha Pemurah, yang tak akan mengecewakan pancari-Nya, yang tak akan menolak Pendamba-Nya. Janganlah membalas harapan kami dengan kekecewaan dan keputusasaan. Janganlah menutup kami dengan jubah keprihatinan dan keraguan.
Ya Allah, 
Besarnya nikmatMu mengecilkan rasa syukurku, memudar disamping limpahan anugrahMu.
 KaruniaMu yang berupa cahaya iman menutupku dengan pakaian kebesaran. AnugerahMu tak terhingga, sehingga kelu lidahku menyebutnya. KaruniaMu tak terbilang, sehingga lumpuh akalku memahaminya. Apalah lagi guna menentukan luasnya? Bagaimana mungkin aku berhasil mensyukurinya karena rasa syukurku kepada Mu memerlukan syukur lagi.
Ya Allah, 
Engkau makmurkan kami dengan karuniaMu dan memelihara kami dngan pemberianMu.
 Sempurnakan bagi kami limpahan nikmatMu. Tolakkan dari kami kejelekan AzabMu. Berikan bagi kami, di dunia dan akhirat, tempat paling tinggi dan paling mulia, lambat atau segera.
Ya Allah, 
Diantara nikmatMu yang besar, alirkan kepada kami untuk terus menerus mengingatMu.
 Izinkan kami berdoa kepadaMu, memohon agar hamba ini pandai bersyukur dan mendamba cintaMu. Tuhanku, ilhamkan kepada kami untuk zikir kepadaMu dalam kesendirian dan kebersamaan, pada waktu siang dan malam, dalam suka dan duka. Bimbing kami dalam amalan suci dan pekerjaan yang Engkau Ridhoi. Balaslah kami dengan timbangan yang memadai. Engkau lah tempat kembali kami, tidak ada yang lain. Karena Mu saja kami tetap terjaga, tidak karena yang lain. Perjumpaan dengan Mu kesejukan hati kami. Menyeru Mu damai dan tenteram hati kami. Disisi Mu penawar derita kami, penyembuh luka kami, penyejuk duka kami, penghilang sengsara kami. Karena itu, jadilah Engkau sahabat kami dalam kesunyian, yang menolong kejahatan kami, yang memaafkan ketika kami terglincir, yang menerima taubat kami, yang memprkenankan doa kami. Jangan putuskan kami dari diri-Mu, wahai Tuhan kami.
Unknown
Tuesday, June 4, 2013

SAJAK ABU NAWAS


TUHAN, 
WALAU DOSAKU BESAR SEKALI
AKU TAHU KAU MAHA PENGAMPUN
KALAU YANG BERHARAP KEPADA-MU HANYA ORANG2 YANG SHOLEH
KEPADA SIAPAKAH PENDOSA INI BERLINDUNG?
Unknown
Sunday, May 26, 2013

Renungan hari ini

Nasehat Umar Bin Khattab

  1. Kurangi bicara agar mendapat hikmah
  2. Jangan berlebihan dalam melihat, agar hati menjadi khusuk
  3. Batasi makan, agar mendapat kelezatan ibadah
  4. Jangan terlalu banyak tertawa jika ingin memiliki wibawa
  5. Jauhi senda gurau agar dihormati orang lain
Unknown
Saturday, May 25, 2013

Tau gak sih???

WARNA BIRU
Burung hantu adalah satu-satunya burung yang bisa melihat warna biru.

MATI KELAPARAN
Seekor kecoa bisa hidup sampai beberapa minggu tanpa kepala, malahan ia baru bisa mati karena kelaparan.

MELIHAT BERSAMAAN
Tempat mata keledai yang ada dipinggir kepala memungkinnya untuk melihat keempat kakinya secara bersamaan. 


NGGA BISA TERBANG
Penguin adalah satu-satunya burung yang bisa berenang tapi ngga bisa terbang.

KECEKUKAN 69 TAHUN
Seseorang bernama Charles Osborne pernah mengalami kecekukan selama 69 tahun.

BELOK KIRI
Kelelawar selalu berbelok kekiri saat keluar dari guanya.

Unknown

Peace..




udah lama gak ngeblog,,
so,  masih berantakan bgt.
hehe..
Unknown

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.